Aku
benci dengan kehidupan yang aku jalanin. Apa yang akan terjadi jika aku mati?
Apakah masih ada yang menangisi kepergianku? Berulang kali pikiran-pikiran itu
terlintas di benakku. Berulang kali juga aku mencoba untuk melakukannya. Tapi
setiap kali aku ingin melakukannya, selalu saja dia hadir di kehidupanku. Dia
yang datang dan pergi dengan sesuka hatinya. Dia yang selalu membuat aku
mengerti akan arti hidupku. Akan tetapi kali ini aku sudah tidak sanggup lagi.
Dia pergi meninggalkan aku karena kecerobohanku. Tiga puluh butir obat itu
cukup untuk membuatku kehilangan tenaga. Obat yang secara medis digunakan untuk
mengobati penderita diabetes dapat membuatku mengalami hipoglikemi yang akan
mengantarkanku pada kematian. Malam ini sudah aku putuskan untuk melakukannya. Kusiapkan
botol air mineral di sebelah obat-obatan yang akan aku minum nantinya. Saat ini
tidak akan ada orang yang akan melihatku, akan aku lakukan dengan bersih tanpa adanya kesalahan
sedikitpun.
***
Sekarang
kesadaranku semakin berkurang. Rasa haus dan lelah sudah melandaku sejak 5
menit yang lalu. Aku pikir inilah saatnya untuk aku meninggalkan dunia ini.
Kehidupan yang awalnya aku susun dengan sangat rapi telah berakhir saat dia
meninggalkan aku. Dia yang selalu menemani hari-hariku telah pergi tanpa pernah
pamit kepadaku.
***
Teringat
kembali kejadian hari itu. Hari dimana kita akan bertemu untuk merayakan hari
jadi kita berdua. Sore itu aku berjalan sambil menerima telpon dari dia. Dia
melambai dari tempatnya duduk, dan aku menghampirinya.
“Sore
sayang, maaf aku terlambat”, ucapku.
“Iya,
gak papa. Aku juga baru datang kok”, sambil tersenyum padaku. Senyum itulah
yang membuat aku tidak pernah bisa melupakannya.
Sore
itu berlalu sangat cepat. Rembulan sudah menggantikan posisi sang surya di atas
sana. Hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan buatku dan dia. Dia memberikanku
sebuah cincin dan berkata akan segera melamarku. Aku tidak harus berpikir
panjang, saat itu juga aku menerimanya. Terbayang sudah hari-hari indah yang
akan aku jalani bersamanya setelah ini.
***
Ponselku
berbunyi. Ternyata itu adalah pesan dari Bintang, kekasihku. Kubuka pesan itu,
dan tanpa sengaja aku jatuhkan ponselku karena kaget dengan pesan yang sudah
aku baca. Bukan Bintang yang mengirim pesan itu. Tertulis di bawah pesan yang
aku terima, Figo, kembaran kekasihku.
***
Bintang
27/03/2013
02:19
AM
Cinta.
Maaf aku sudah
lancang memakai ponsel Bintang. Tapi harus kamu tahu kalau sekarang Bintang
sudah tidak bisa menemanimu lagi. Dia sudah pergi jauh meninggalkanmu. Maaf
sebenarnya aku tidak berhak untuk menyampaikan hal ini sama kamu. Kamu berhak
tau dengan apa yang terjadi dengannya. Selama ini dia menyembunyikan
penyakitnya kepadamu. Namun waktu berkata lain. Dia seharusnya masih memiliki
banyak waktu untuk membahagiakanmu. Keadaan yang membuatnya berfikir bahwa
lebih baik meninggalkanmu sekarang daripada kamu merasakan sakit yang teramat
dalam. Maaf sekarang dia sudah tenang di alam sana. Dia hanya berpesan kepadaku
kalau aku harus menjaga kamu apapun yang terjadi.
-Figo-
***
Dadaku terasa
sesak dan semakin sesak. Semua berjalan sesuai rencanaku. Aku akan segera
menyusulmu sayang. Tunggulah aku. Malam itu aku merasakan dingin yang teramat
sangat namun peluh bercucuran dari tubuhku. Apakah ini yang pernah kamu rasakan
dulu saat menjelang kematianmu? Sakit...sesak...aku hanya bisa berteriak dalam
hatiku. Saat ini tidak ada yang bisa aku lakukan lagi selain menunggu ajal
menjemputku. Ayah, Bunda, maafkan aku. Aku sudah tidak sanggup menjalani
hari-hariku tanpa dirinya. Cukup sudah penderitaan yang aku alami selama ini.
Percuma kalau aku masih hidup tapi jiwaku telah mati.
Akhirnya tepat
pukul 21:05 aku meninggalkan ragaku. Entah apa yang terjadi, aku bisa melihat
tubuhku sendiri yang diam membeku dan sangat pucat di depanku. Apa aku tidak
bisa pergi dengan tenang? Apakah ruh-ku tidak bisa Dia terima? Apa yang akan
aku alami setelah ini. Tidak ada yang pernah tau setelahnya. Sekarang aku hanya
bisa merenungi nasib yang akan aku hadapi esok hari.
***
Ragaku telah
dikebumikan di samping makam Putri, kakak kandungku yang telah meninggal 2
tahun yang lalu. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana perasaan oang tuaku
saat ini. Ternyata mereka masih peduli padaku. Di atas pusaran makamku Bunda
menangis, tidak pernah aku melihat Bunda seperti ini. Apa yang telah aku
lakukan? Apakah aku sudah mengecewakan mereka semua? Tidak pernah terfikir
olehku, ternyata banyak sekali orang di luar sana yang menyayangiku. Terlihat
dari banyaknya orang yang ikut mengantarkan ragaku. Yang membuat aku kaget
adalah ada dua orang yang wajahnya tak asing bagiku. Ya, benar mereka adalah
Bintang dan Figo. Keduanya tampak bersedih melihat pusaran makamku. Dalam hati
aku berbisik, bukankah Bintang telah tiada? Lalu siapa orang yang aku lihat
sekarang? Beribu pertanyaan berkecamuk di pikiranku.
***
Ternyata dia
masih hidup. Ternyata dia tidak pernah pergi dariku. Ternyata dia tidak
melakukannya. Ternyata... Ternyata.... Ternyata apa yang aku pikirkan itu
salah. Salah besar. Salah karena aku tidak pernah berpikir panjang. Salah
karena aku lebih mementingkan ego-ku daripada pikiran jernihku. Salah karena
aku tidak pernah bisa mencari kebenarannya. Sekarang, aku hanya bisa
memandangnya dari kejauhan tanpa pernah bisa menyentuhnya lagi. Penyesalan
selalu datang belakangan. Mengapa? Karena kita sebagai manusia tidak pernah
bisa berpikir jernih jika mendapatkan suatu masalah. Itu yang aku alami
sekarang. Hanya bisa memandang orang-orang yang aku sayangi tanpa bisa lagi
menyentuh atau memeluk mereka dengan lembut.
***
Apapun pesan
yang kalian dapatkan dari cerita di atas aku harap bisa memiliki pemikiran yang
dewasa. Allah menciptakan manusia tidak hanya memiliki jiwa dan raga tetapi
juga memiliki akal. Akal itulah yang
membuat kita dapat berfikir mana yang terbaik untuk kita dan mana yang buruk
untuk kita. Janganlah kita hidup dengan keegoisan semata. Masih ada orang yang
sayang pada kita walaupun kita tidak pernah tau. Jangan pernah sia-siakan hidup
kalian. Karena hidup adalah anugerah. Semoga cerita ini membawa pesan
tersendiri bagi yang membaca. Karena sebagian dari cerita ini pernah aku alami.