Sabtu, 27 Juli 2013

Kematianku



Aku benci dengan kehidupan yang aku jalanin. Apa yang akan terjadi jika aku mati? Apakah masih ada yang menangisi kepergianku? Berulang kali pikiran-pikiran itu terlintas di benakku. Berulang kali juga aku mencoba untuk melakukannya. Tapi setiap kali aku ingin melakukannya, selalu saja dia hadir di kehidupanku. Dia yang datang dan pergi dengan sesuka hatinya. Dia yang selalu membuat aku mengerti akan arti hidupku. Akan tetapi kali ini aku sudah tidak sanggup lagi. Dia pergi meninggalkan aku karena kecerobohanku. Tiga puluh butir obat itu cukup untuk membuatku kehilangan tenaga. Obat yang secara medis digunakan untuk mengobati penderita diabetes dapat membuatku mengalami hipoglikemi yang akan mengantarkanku pada kematian. Malam ini sudah aku putuskan untuk melakukannya. Kusiapkan botol air mineral di sebelah obat-obatan yang akan aku minum nantinya. Saat ini tidak akan ada orang yang akan melihatku, akan aku  lakukan dengan bersih tanpa adanya kesalahan sedikitpun.
                                                                                       ***
Sekarang kesadaranku semakin berkurang. Rasa haus dan lelah sudah melandaku sejak 5 menit yang lalu. Aku pikir inilah saatnya untuk aku meninggalkan dunia ini. Kehidupan yang awalnya aku susun dengan sangat rapi telah berakhir saat dia meninggalkan aku. Dia yang selalu menemani hari-hariku telah pergi tanpa pernah pamit kepadaku.
                                                                                       ***
Teringat kembali kejadian hari itu. Hari dimana kita akan bertemu untuk merayakan hari jadi kita berdua. Sore itu aku berjalan sambil menerima telpon dari dia. Dia melambai dari tempatnya duduk, dan aku menghampirinya.
“Sore sayang, maaf aku terlambat”, ucapku.
“Iya, gak papa. Aku juga baru datang kok”, sambil tersenyum padaku. Senyum itulah yang membuat aku tidak pernah bisa melupakannya.
Sore itu berlalu sangat cepat. Rembulan sudah menggantikan posisi sang surya di atas sana. Hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan buatku dan dia. Dia memberikanku sebuah cincin dan berkata akan segera melamarku. Aku tidak harus berpikir panjang, saat itu juga aku menerimanya. Terbayang sudah hari-hari indah yang akan aku jalani bersamanya setelah ini.
***
Ponselku berbunyi. Ternyata itu adalah pesan dari Bintang, kekasihku. Kubuka pesan itu, dan tanpa sengaja aku jatuhkan ponselku karena kaget dengan pesan yang sudah aku baca. Bukan Bintang yang mengirim pesan itu. Tertulis di bawah pesan yang aku terima, Figo, kembaran kekasihku.
***
Bintang
27/03/2013
02:19 AM

Cinta.
Maaf aku sudah lancang memakai ponsel Bintang. Tapi harus kamu tahu kalau sekarang Bintang sudah tidak bisa menemanimu lagi. Dia sudah pergi jauh meninggalkanmu. Maaf sebenarnya aku tidak berhak untuk menyampaikan hal ini sama kamu. Kamu berhak tau dengan apa yang terjadi dengannya. Selama ini dia menyembunyikan penyakitnya kepadamu. Namun waktu berkata lain. Dia seharusnya masih memiliki banyak waktu untuk membahagiakanmu. Keadaan yang membuatnya berfikir bahwa lebih baik meninggalkanmu sekarang daripada kamu merasakan sakit yang teramat dalam. Maaf sekarang dia sudah tenang di alam sana. Dia hanya berpesan kepadaku kalau aku harus menjaga kamu apapun yang terjadi.
-Figo-

***

Dadaku terasa sesak dan semakin sesak. Semua berjalan sesuai rencanaku. Aku akan segera menyusulmu sayang. Tunggulah aku. Malam itu aku merasakan dingin yang teramat sangat namun peluh bercucuran dari tubuhku. Apakah ini yang pernah kamu rasakan dulu saat menjelang kematianmu? Sakit...sesak...aku hanya bisa berteriak dalam hatiku. Saat ini tidak ada yang bisa aku lakukan lagi selain menunggu ajal menjemputku. Ayah, Bunda, maafkan aku. Aku sudah tidak sanggup menjalani hari-hariku tanpa dirinya. Cukup sudah penderitaan yang aku alami selama ini. Percuma kalau aku masih hidup tapi jiwaku telah mati.

Akhirnya tepat pukul 21:05 aku meninggalkan ragaku. Entah apa yang terjadi, aku bisa melihat tubuhku sendiri yang diam membeku dan sangat pucat di depanku. Apa aku tidak bisa pergi dengan tenang? Apakah ruh-ku tidak bisa Dia terima? Apa yang akan aku alami setelah ini. Tidak ada yang pernah tau setelahnya. Sekarang aku hanya bisa merenungi nasib yang akan aku hadapi esok hari.

***
Ragaku telah dikebumikan di samping makam Putri, kakak kandungku yang telah meninggal 2 tahun yang lalu. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana perasaan oang tuaku saat ini. Ternyata mereka masih peduli padaku. Di atas pusaran makamku Bunda menangis, tidak pernah aku melihat Bunda seperti ini. Apa yang telah aku lakukan? Apakah aku sudah mengecewakan mereka semua? Tidak pernah terfikir olehku, ternyata banyak sekali orang di luar sana yang menyayangiku. Terlihat dari banyaknya orang yang ikut mengantarkan ragaku. Yang membuat aku kaget adalah ada dua orang yang wajahnya tak asing bagiku. Ya, benar mereka adalah Bintang dan Figo. Keduanya tampak bersedih melihat pusaran makamku. Dalam hati aku berbisik, bukankah Bintang telah tiada? Lalu siapa orang yang aku lihat sekarang? Beribu pertanyaan berkecamuk di pikiranku.

***
Ternyata dia masih hidup. Ternyata dia tidak pernah pergi dariku. Ternyata dia tidak melakukannya. Ternyata... Ternyata.... Ternyata apa yang aku pikirkan itu salah. Salah besar. Salah karena aku tidak pernah berpikir panjang. Salah karena aku lebih mementingkan ego-ku daripada pikiran jernihku. Salah karena aku tidak pernah bisa mencari kebenarannya. Sekarang, aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan tanpa pernah bisa menyentuhnya lagi. Penyesalan selalu datang belakangan. Mengapa? Karena kita sebagai manusia tidak pernah bisa berpikir jernih jika mendapatkan suatu masalah. Itu yang aku alami sekarang. Hanya bisa memandang orang-orang yang aku sayangi tanpa bisa lagi menyentuh atau memeluk mereka dengan lembut.

***
Apapun pesan yang kalian dapatkan dari cerita di atas aku harap bisa memiliki pemikiran yang dewasa. Allah menciptakan manusia tidak hanya memiliki jiwa dan raga tetapi juga memiliki  akal. Akal itulah yang membuat kita dapat berfikir mana yang terbaik untuk kita dan mana yang buruk untuk kita. Janganlah kita hidup dengan keegoisan semata. Masih ada orang yang sayang pada kita walaupun kita tidak pernah tau. Jangan pernah sia-siakan hidup kalian. Karena hidup adalah anugerah. Semoga cerita ini membawa pesan tersendiri bagi yang membaca. Karena sebagian dari cerita ini pernah aku alami.